TEMPORAL Chapter 2 – Comfort

TEMPORAL
Chapter 2 – “Comfort”

Author : Park Nara
Tittle : Temporal – “Comfort”
Category : Adult, Humor, Romance, Chapter
Cast : Park Nara, Lee Donghae
Other Cast : *NONE*
***
At Gangnam Royal Apartement
January, 17th 2015 Saturday Night, 18:03 KST

Park Nara memasuki lift gedung apartement-nya dengan meneteng sekantung besar makanan ringan yang baru saja dibelinya di sebuah supermarket terdekat. Dia baru saja membeli makanan ringan setelah pertemuannya dengan seorang pria tampan tadi di taman. Jujur saja, itu adalah pertemuan tersingkat tetapi menyenangkan sekaligus aneh di sisi lain.
Sebenarnya, ia membeli semua makanan ringan itu untuk menemani perbincangannya dan pria yang ia temui satu jam yang lalu di taman, tetapi saat ia kembali dari supermarket tempat ia membeli semua makanan ringan ini, pria asing itu sudah tak ada di taman lagi. Jadi, dengan sangat amat terpaksa, ia harus membawa pulang makanan ringan itu untuk ia habiskan sendiri.
“Huft, pasti berat badanku akan bertambah,” guman Nara melihat banyaknya makanan ringan yang ia bawa.
“Cih.. babo!” rutuknya pada diri sendiri. Bukankah dia sangat bodoh? Lihat saja, dengan senang hati ia menghabiskan uangnya hanya untuk membeli makanan berkalori tinggi demi seorang pria asing yang pada akhirnya meninggalkannya tanpa berpamitan sedikitpun? Oh tidak! Dia tidak bodoh. Dia hanya terlalu senang karena mendapat teman baru. Maka dari itu dia sangat senang karenanya. Labil memang, tapi itulah Park Nara.
Setelah pintu lift terbuka, gadis itu keluar dari lift dan segera menuju ke arah apartement-nya berada. Sesampainya di depan pintu apartement miliknya, ia sedikit terkejut karena ada seorang pria yang tadi sempat bertemu dengannya di taman. Ya, pria itu. Pria tampan yang menyenangkan, kini sedang berdiri tepat di samping pintu apartement miliknya dan tengah menatapnya lembut.
“Kau tidak membalas pesanku. Jadi aku menunggumu di sini, lagipula di luar terlalu dingin.”
Nara mengedipkan mata kebingungan. Sejak kapan dia memberikan nomor ponselnya pada pria itu? Seingatnya dia tak pernah memberikan nomor ponselnya pada orang asing, termasuk pria yang kini sedang berdiri di hadapannya itu. Lalu, bagaimana pria itu memiliki nomor ponselnya?
“Hey!” tegur pria asing itu dengan menepuk halus pundak Nara. Kini pria itu berada dalam jarak yang terbilang dekat dengan Nara. Tunggu, sejak kapan mereka sedekat ini?
“N.. ne?” Nara sedikit mendongak untuk melihat wajah pria di depannya. “Wae?” sambungnya kemudian. Menatap pria itu dengan tatapan polosnya. Sangat menggemaskan!
“Ah, aniyo. Hanya saja kenapa kau selalu melamun seperti itu, eoh? Apa yang ada di pikiranmu?” Lee Donghae – nama pria itu – bertanya sembari memasukkan telapak tangannya ke saku celana jeans yang melekat pas di tubuh tegap pria itu dengan atasan sweater tebal berwarna biru laut. Semakin membuat ketampanannya menonjol dengan melihatnya dalam jarak sedekat ini.
“Oh.. itu.. err, aku hanya memikirkan beberapa hal,” sedikit senyuman canggung saat Nara menjawab. Donghae hanya mengangguk mengerti akan jawaban Nara. What the perfect one!
“Apa yang kau lakukan di sini?” masih dengan senyum canggungnya, Nara bertanya.
“Menunggumu,” jawab Donghae ringan. Kemudian dia mengambil alih kantung belanjaan Nara lalu berjalan menuju lift, membuat Nara bingung karenanya.
“Ya..Yakk!! Apa yang kau lakukan?” Langkah kecilnya Nara menyusul Donghae, sedikit berlari kecil untuk menyeimbangkan langkahnya dengan langkah Donghae yang lebar. Donghae hanya tersenyum kecil. Bukannya melambatkan langkah kakinya, ia malah semakin mempercepat langkahnya.
“Hah.. Kau mau hah.. kemana, eoh?” ucap Nara masih mencoba untuk meyesuaikan langkahnya dengan pria asing itu. Mungkin bukan lagi pria asing untuk Nara.
“Ke sebuah tempat milik..”
“Mwo?” potong Nara cepat. Kemudian membulatkan matanya. “Yakk!! Tapi bagaimana dengan belanjaan milikku? Kau juga akan membawanya?” lanjutnya.
Tap..
Mendadak Donghae menghentikan langkahnya lalu membalikkan badanya menghadap Nara. Memperhatikan gadis yang juga sedang memperhatikannya bingung. Donghae mendekatinya lalu menggenggam pergelangan tangan Nara lembut. Nara sedikit membulatkan matanya dan memekik kecil saat Donghae menyeretnya. Mengharuskan Nara mau tidak mau mengikuti ke mana Donghae pergi.
“Kajja!”

.
.
.
Nara memperlihatkan wajah datarnya saat Donghae mengajaknya masuk ke apartement pria itu, melihat datar ke arah tautan tangan mereka, lalu menuruti ajakan Donghae untuk masuk – masih dengan ekspresi datarnya.
“Waeyo?” tanya Donghae sembari menatap Nara dengan senyuman lembut mengembang di wajah tampannya. Ya, tampan!
“Gwenchana,” ketus Nara melepaskan tautan tangan mereka membuat Donghae menatap gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Tapi, bukankah ini terlalu cepat? Maksudnya, bukankan mereka baru saja bertemu? Dan Donghae sudah mengajak Nara ke apartement-nya. Nara bahkan belum mengetahui namanya.
‘Kenapa dia mengajakku ke sini? Aish, eottokhe? Bagaimana jika pria ini melakukan hal yang tidak-tidak terhadapku? Huaa.. ANDWAE!!’ pikir Nara. Pikiran Nara yang tadinya hanya datar-datar saja, kini berubah menjadi penuh kekhawatiran.
“Ah, joneun Lee Donghae imnida. Jangan khawatir, aku tak akan melakukan hal-hal yang ada di pikiranmu saat ini. Kkk..” kata Donghae seperti menjawab semua pikiran-pikiran negatif Nara terhadapnya. Sedikit terkikik geli saat melihat raut khawatir pada wajah gadis menggemaskan di hadapannya ini yang sedang menatapnya bingung. ‘Apa dia bisa membaca pikiranku?’
“Jja! Duduklah!” kembali menggandeng tangan Nara, Donghae mendudukkan Nara pada sebuah sofa, meletakkan belanjaan Nara di sampingnya, lalu pergi ke arah dapur. Nara yang masih kebingungan hanya melakukan semua yang Donghae arahkan.
“Baiklah. Lalu, apa yang harus kulakukan di sini?” setelah memulihkan pikirannya, Nara bertanya. Melepaskan mantel tebal yang ia kenakan, lalu meletakkannya di atas sofa tempatnya duduk. Gadis itu memperhatikan Donghae yang sedang berkutik di dapur.
“Tak ada yang harus kau lakukan,” sahut Donghae menghampiri Nara dengan menenteng dua gelas wain dan satu botol wain di tangan kirinya. Setelah meletakkan gelas dan botol wain, Donghae mengacak pelan rambut Nara sembari duduk di sampingnya.
“Yakk!! Rambutku berantakan, eo!” protes Nara, membetulkan tatanan rambutnya dengan pipinya yang menggelembung kesal. Sekali lagi, Donghae terkikik geli akan tingkah laku Nara yang menurutnya sangat menggemaskan. Neomu Kyeopta!
“By the way, berapa umurmu? Ige..” Donghae menuangkan wain dalam gelasnya dan gelas Nara, lalu memberikannya pada Nara.
“21 years old. Kau?”
Nara menerima gelas wain miliknya. Membalikkan pertanyaan yang Donghae arahkan padanya.
“23 years old, baby. Kkkk..”
“Aw, kau terlalu tua rupanya,” sahut Nara lalu menyesap wain miliknya diiringi tawa kecil.
“Yak!! Aku tidak setua itu, eoh.. Perbedaan umur kita hanya 2 tahun,” protes Donghae. Dia memang paling benci dipanggil ‘tua’. Mengetahui itu, Nara semakin bersemangat mengejek Donghae.
“Jinja? Tapi kau lebih TUA dariku,” ejek Nara menekankan kata ‘tua’ sambil menjulurkan lidahnya.
“Jika kau mengejekku lagi, aku akan menciummu!” ancam Donghae mulai kesal. Raut wajahnya sangat memperlihatkan seberapa kesal dirinya, tapi Nara belum puas mengejek Donghae. Malah, Nara semakin gencar mengejek Donghae dengan kata ‘TUA’.
“Kau ingin menciumku, eoh? Jangan berharap, Ahjusshi. Kkkk..”
“Yakk!! Kau!!”
“Huaaa… ahjusshi tua datang! Hahaha..!”
Dan seperti itulah akhirnya. Saling mengejar satu sama lain. Nara yang mengejek Donghae, dan Lee Donghae mengejarnya. Mereka bahkan tak peduli menabrak barang-barang yang tadinya tertata rapi di sana hingga apartement Donghae terlihat sangat amat berantakan sekarang.
“Hosh.. berhenti.. hosh.. hosh..” kata Nara menghentikan langkahnya. Sedikit membungkuk dan salah satu tangnnya menjulur ke depan memberi isyarat pada Donghae yang masih mengejarnya untuk berhenti.
Donghae memelankan langkahnya, mengatur napasnya, kemudian mendekati Nara dengan perlahan. Menatap tajam gadis yang kini masih mengatur napas tanpa menyadari ia tengah menatap gadis itu.
“Haahh.. aku lelah..” Nara menegakkan badannya. “OMO!!” seketika ia mengambil satu langkah ke belakang saat melihat Donghae tepat di depannya. Menatapnya tajam seakan ingin memangsanya. Tetapi Nara menganggap itu hanya gurauan. Dia bahkan tak takut sama sekali. Hanya sedikit terkejut memang.
“Yakk!! Ahjusshi mengagetkanku saja!” gurau Nara meninju kecil bahu Donghae. Sedangkan Donghae, dia semakin menajamkan tatapannya pada gadis itu, tapi sepertinya gadis itu hanya menganggapnya sedang bergurau. Nara memang senang bergurau. Apalagi bergurau dengan orang yang telah membuatnya nyaman. Ups..
‘Aish.. apa dia tidak tahu kalau aku sedang marah?’ geram Donghae dalam hati. Tarikan napasnya semakin memberat.
Menggeram kecil, Donghae memojokkan Nara dengan sekali gerakan. Mengampit gadis itu di antara dinding dan tubuhnya dengan napas yang menggebu. Menatap tajam Nara.
“Eo? Waeyo ahjusshi?” Nara hanya mengedipkan mata polos menatap Donghae dan sedikit menahan tawanya. Ya, gadis itu masih menganggap semua ini hanya gurauan.
Menghela napasnya, Donghae kembali berkata.
“Sekali lagi kau memanggilku seperti itu, aku akan menciummu!”
“Yakk! Kau bilang tak akan melakukan hal-hal aneh terhadapku. Tapi sekarang kau ingin menciumku? Cih..” Nara mengalihkan pandangannya ke samping. Mengempotkan pipinya.
Melihat ekspresi Nara saat ini, Donghae tersenyum kecil. Entah kenapa amarahnya menguap begitu saja melihat ekspresi menggemaskan gadis lucunya itu. Eh?
“Kikiki.. kalau hanya ciuman, tidak apa-apa kan?” sahut Donghae dengan kikikan kecil.
“Cih, dasar ahjusshi tua!”
Sedetik kemudian, Donghae mendekat dengan cepat berniat mencium gadis itu. Tetapi Nara juga dengan cepat menghindar dari Donghae.
“Wlekk.. tak kena,” menjulurkan lidahnya, Nara kembali mencibir.
Grep~
Donghae dengan sigap memeluk tubuh mungil Nara. Menyunggingkan senyum miringnya yang sangat mempesona! Kembali mencoba untuk mencium gadis yang kini ada di pelukannya.
“Yakk!!” Nara memukul kepala Donghae sedikit keras. Sebenarnya apa yang dipikirkan pria ini?
Donghae menahan tangan Nara di samping tubuhnya. Menipiskan jarak antara tubuhnya dengan tubuh Nara.
Nara menyadari sesuatu. Ia sadar bahwa ini bukan lagi sebuah gurauan. Ini serius!
“Huaaaa!! Eomma, tolong aku!!” jerit Nara memberontak. Dia benar-benar takut sekarang.
“Tidak ada orang yang tau.”
Chu~
Sedetik kemudian, bibir Donghae telah berada di atas bibir Nara, masih dengan memeluk tubuh mungil Nara. Hanya sekedar menempel, tidak lebih.
‘Sial!’ pikir Nara. Gadis itu terdiam.
“Hhgg..” terdengar tawa geli Donghae yang tertahan di bibir Nara. Tersadar, Nara melepaskan tautan bibir mereka dan mendorong Donghae hingga pelukan mereka terlepas. Entah kenapa ia merasa sedikit kesal tapi di sisi lain ada suatu perasaan aneh terselip antara kekesalannya.
“Damn!” umpat Nara mengerucutkan bibirnya. Mengalihkan pandangannya dari Donghae.
“Haish, tersenyumlah! Aku akan bertanggung jawab,”
“Cih, bertanggung jawab.”
“Nde. Tapi kau harus menunggu sampai kau hamil, kkk~” Donghae mengerling nakal. Menggoda Nara yang mendelik tajam kearahnya setelah mendengar kata yang Donghae lontarkan.
“Hhhh.. terserah kau saja,” ketus Nara memalingkan wajahnya sambil mendengus kesal. Sedikit kesal memang atas perlakuan pria ini terhadapnya, tapi entahlah.. kenapa dia tidak bisa marah? Bukankah pria ini sudah keterlaluan? Dengan sangat ringannya Donghae mencium Nara yang belum pernah tersentuh siapapun?
Well, bisa dibilang ini pertama kalinya Nara berciuman. Ani! Ini bukan ciuman! Astaga Park Nara.. apa yang kau pikirkan ini eo? Pabo!
“Hahaha.. aku hanya bercanda,” ucap Donghae mengacak gemas rambut Nara. “Aku jadi berubah pikiran. Apa perlu aku menikahimu sekarang, eo?”
“Hhh.. apa perlu aku memaksamu memakan vas bunga ini, hah?” Nara menyodorkan sebuah vas bunga di meja sampingnya. Sudah cukup kesal dengan ulah Donghae yang semakin menyebalkan.
“Shireo!” tolak Donghae berpura-pura kekanakan. Sangat gagal!
“Aku tahu kau lapar. Mungkin vas bunga bisa mengurangi rasa laparmu,” kata Nara datar. Terdengar lucu memang, tapi itu sangat amat datar untuk Nara.
“Yakk! Kau pikir aku ini robot? Aish.. Queen Pabo!”
“Biarlah.. Queen bebas.”
Chu~
“Yakk!! Ahjusshi!!” Nara mendorong kepala Donghae yang mendekat berniat menciumnya lagi. Aish, sebenarnya apa yang ada di pikiran pria ini?
Grep—
Donghae menghindari tangan kanan Nara yang ingin mendorong kepalanya. Menempelkan bibirnya di atas bibir lembut Nara dan menahan kedua tangan gadis itu yang kembali ingin mendorongnya. Memojokkan gadis itu ke dindin. Melumat lembut bibir gadisnya dengan sesekali menekan ringan bibir Nara, menuntut balasan dari gadis yang kini tengah memejamkan matanya. Merasakan sentuhan lembut Donghae di bibirnya. Membuat Nara terbuai akan kelembutan bibir pria itu. Kepalanya sedikit pening, berdenyut cepat seakan ingin meledak. Percayalah, ini adalah pertama kalinya gadis itu berciuman.
Donghae semakin menekan bibirnya, menuntut Nara untuk membalas ciumannya. Pelan, Nara membalas ciuman Donghae ringan. Masih ragu apakah cara ia membalas ciuman ini dengan cara yang benar atau malah mengacaukannya. Sial, aku sangat menikmatinya!
Dalam hati Donghae bersorak senang. Awalnya Donghae mengira gadis itu tidak akan membalasnya, tapi sekarang?
Donghae mengulum bibir atas Nara. Semakin bersemangat karena mendapatkan respon baik dari Nara. Ciuman mereka semakin panas dan menggebu. Kedua tangan Nara yang tadinya tertahan oleh tangan Donghae kini telah melingkar sempurna di sisi leher Donghae. Mencengkram bahu pria itu sesekali, agar memberikan jeda sekedar menghirup udara untuk mengisi paru-paru mereka yang hampir kosong. Donghae menggigit bibir bawah gadis kecilnya, mengulurkan lidahnya mencari jalan masuk ke rongga mulut Nara.
“Eummpp..” Nara mendesah kecil, lalu melepaskan tautan bibirnya dengan pria di hadapannya. Terengah. Mencoba mengatur napas yang dari tadi terbuang akibat ciuman panas mereka. Masih dengan dahi yang saling menempel, masih dengan tangan Nara di atas pundak Donghae, dan masih dalam posisi berdiri dengan Donghae menghimpit tubuh mungil Nara di antara dirinya dan dinding putih bersih apartement-nya. Saling memandang antara satu sama lain. Mulai bernapas dengan napas teratur.
Nara mendorong tubuh Donghae. Menjauhkan dirinya dengan tubuh pria itu. Mengambil mantelnya, lalu segera berjalan ke arah pintu tanpa menghiraukan Donghae yang memperhatikannya.
“Kau mau kemana?” tanya Donghae menarik tangan Nara saat gadis itu sudah mendekati pintu.
“Pulang,” ketus Nara melirik Donghae sekilas. Melepaskan genggaman tangan Donghae pada tangannya.
“Jangan..” kembali, Donghae menggenggam tangan Nara. Kali ini lebih seperti mencengkram pergelangn tangan gadis itu. Menatap dalam gadis yang baru saja mengambil alih dunianya.
“Wae?” tanya Nara membalas tatapan Donghae.
“Ehm… Ini, ini sudah terlalu malam. Kau tidak ingin menginap?”
“Heish.. ini belum terlalu malam. Masih petang,” kata Nara polos.
Haarghh.. kenapa dia ini terlalu polos?? Batin Donghae mendesah.
“Eo.. eoh, menginap saja. Aku sendirian,” kata Donghae memelas. Memperlihatkan wajah bocahnya yang menggemaskan. Percayalah, tak kan ada yang menolaknya jika pria ini sudah memperlihatkan wajah bocah miliknya. Tapi tidak dengan Nara.
“Shireo. Aku khawatir kau akan melakukan hal-hal aneh padaku. Haha..” canda Nara melirik jahil ke Donghae.
“Tidak akan..”
“Mungkin lain kali,” Nara memperlihatkan senyuman manisnya. “Lepaskan tanganmu.”
Donghae mendengus berat.
“Geurae.. berjanjilah!”
“Berjanji? Untuk apa?”
“Aigoo.. kau ini bodoh atau terlalu polos eo? Berjanjilah kau akan menginap lain kali! Arra?”
“Cih.. baiklah, aku janji..”
Chu~
Nara mengecup pipi kiri Donghae sekilas sebelum keluar dari apartement pria itu. Meningalkan Donghae yang mematung dengan salah satu tangannya memegang pipi kirinya. Berjalan ringan sembari terkekeh dengan perbuatannya sendiri.
“Ppai.. Lee Donghae!! Kkkk~”
***
=TBC=
What is this??! 😮 astaga..
Udah lama banget nggak update :3 *mangapkan– *bungkuk 180 derajat :v
Gaje? As always. Typo? Selalu ada dimana-mana. Gak dapet feel? Maklumlah.. masih amatir—“
Well, krisar selalu dibutuhkan. Comment? Big thanks for you! :* ^-^

Tinggalkan komentar